“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS 94 : 5-6).
Ini adalah dua ayat berurutan, dua kali disebutkan, yang menekankan janji Allah akan datangnya kemudahan-kemudahan bersama kesulitan. Dahulu waktu kecil, guru agama saya yang suka bercerita, memudahkan pemahaman ayat ini melalui cerita anekdot tetapi sangat efektif. Saya ingat sampai sekarang, ceritanya sebagai berikut:
Konon dahulu ada seorang raja yang bijak dan beristrikan seorang permaisuri yang culas. Suatu hari raja ingin sekali makan ikan yang paling enak di negerinya, maka karena kegembiraannya memperoleh ikan yang dicarinya raja tersebut menghadiahi nelayan yang memperolehnya senilai 4,000 Dirham ( sekarang sekitar Rp 280 juta !).
Sesampainya di istana, begitu permaisuri mengetahui bahwa sang raja baru ‘membeli’ ikan seharga 4,000 Dirham – mengamuk dan ingin mengembalikan ikan tersebut. Dengan bijak sang raja menasihati : “ Tidak bisa permaisuriku, uang yang sudah saya berikan sebagai hadiah tidak bisa ditarik kembali”.
Dengan keculasannya sang permaisuri tidak kurang akal, dia berargumen : “Bisa paduka, bila ternyata ikan yang paduka beli tidak seperti yang paduka harapkan”. Dia melanjutkan : “Paduka tanya saja pada nelayan yang menjual tadi tentang jenis kelamin ikan ini, bila dia menjawab jantan maka paduka sampaikan yang paduka cari adalah ikan betina, bila dia menjawab betina paduka sampaikan yang paduka cari ikan jantan, dengan begitu paduka akan bisa mengembalikan ikan ini dan mengambil balik 4,000 Dirhamnya”.
Sang raja akhirnya menuruti kemauan permaisurinya, dipanggilnya nelayan yang tadi mendapat hadiah dan ditanya tentang jenis kelamin ikan yang disampaikan ke raja.
Dengan lugunya si nelayan menjawab: “Mohon beribu maaf paduka, setahu hamba ikan ini tadi tidak jantan dan tidak pula betina – hamba tidak pernah melihatnya mengawini (kalau jantan) atau dikawini (kalau betina)”.
Sang raja yang memang dari tadi ingin segera menyantap ikannya kegirangan atas jawaban si nelayan yang lugu ini. Dia minta pengawalnya untuk mengambilkan kantong uang yang berisi 4,000 Dirham lagi sebagai hadiah tambahan ke si nelayan. Ketika menerima kantong 4,000 Dirham (beratnya sekitar 12 kg !), nelayan ini membawanya dengan berat sehingga terjatuh satu keping menggelinding ke bawah kaki si permaisuri. Sang nelayan mengejarnya untuk mengambil satu keping tersebut dibawah kaki sang permaisuri.
Melihat ini, sang permaisuri yang sewotnya sudah sampai ke ubun-ubun mencemooh dan mengumpat si nelayan di depan sang raja : “ Lihatlah paduka, betapa kurang ajarnya, betapa serakahnya nelayan ini, sudah paduka beri hadiah 8,000 Dirham hanya jatuh satu saja dibawah kaki saya - masih mau dia ambil pula”.
Nelayan yang lugu ini-pun tidak ingin mengecewakan rajanya yang sangat dia hormati, dia berusaha menjelasan : “Sekali lagi mohon beribu maaf paduka, hamba harus mengambil yang satu keping ini dari bawah kaki permaisuri paduka bukan karena saya serakah. Tetapi di keping itu ada gambar paduka, gambar paduka saja saya tidak rela diinjak oleh permaisuri paduka – apalagi kewibawaan paduka di negeri ini !”
Raja merasa sangat disanjung, dihormati sekaligus dinasihati oleh rakyatnya yang lugu ini, maka karena kegirangannya raja menghadiahi nelayan tersebut dengan 4,000 Dirham lagi. Bisa dibayangkan kemarahan sang permaisuri, yang 4,000 Dirham pertama saja dia tidak rela – eh malah kini sang raja sudah secara total telah menghadiahi si nelayan dengan 12,000 Dirham.
Melihat muka si permaisuri yang merah padam dan siap meledak lagi, sang raja yang bijak menasihati istrinya : “sudahlah permaisuriku, berhentilah bicara dan berhentilah menyulitkan rakyatku – karena bila engkau teruskan, setiap satu kesulitan yang engkau buat untuk rakyatku – tanganku tergerak tanpa bisa engkau cegah untuk memberinya 4,000 Dirham lagi !”.
Maka inilah kehidupan itu, jangan pernah kawatir ada orang yang akan menyusahkan kita, jangan kawatir rezeki kita diambil orang, karir kita disabot teman, pesaing kita melakukan black campaign untuk mendiskreditkan kita dlsb. dlsb. Setiap kesulitan yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita, Allah mendampingi kita dengan kemudahanNya.
Bila Allah memudahkan langkah kita, siapa lagi yang bisa menyusahkannya ?. Allah Maha Kuasa ! Maha benar Allah dengan janji-janjiNya !.
0 komentar:
Posting Komentar
Thank You for your comment, and stay cool