Selasa, 14 Februari 2012

General Douglas A MacArthur Poetry for his Son


Build Me a Son


General Douglas A. MacArthur

Build me a son, O Lord,

who will be strong enough to know when he is weak,

and brave enough to face him self when he is afraid;

one who will be proud and unbending in honest defeat,

and humble and gentle in victory.

Build me a son whose wishbone will not be

where his backbone should be;

a son who will know Thee- and that

to know himself is the foundation stone of knowledge.

Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort,

but under the stress and spur of difficulties and challenge.

Here, let him learn to stand up in the storm;

here, let him team compassion for those who fall.

Build me a son whose heart will be clear, whose goals will be high;

a son who will master himself before he seeks to master other men;

one who will learn to laugh, yet never forget how to weep;

one who will reach into the future, yet never forget the past.

And after all these things are his,

add, I pray, enough of a sense of humor,

so that he may always be serious,

yet never take himself too seriously.

Give him humility, so that he may always remember

the simplicity of true greatness,

the open mind of true wisdom,

the meekness of true strength.

Then I, his father, will dare to whisper,

"I have not lived in vain."

Doa untuk Putraku oleh Jendral Douglas A. MacArthur

Pada masa Perang Dunia II, seorang jenderal kenamaan, Douglas McArthur, menullis sebuah puisi untuk putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun. Puisi tersebut mencerminkan harapan seorang ayah kepada anaknya. Ia memberi sang anak puisi indah yang berjudul "Doa untuk Putraku". Inilah isi puisi tersebut:


- Doa untuk Putraku -

Tuhanku...

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan. Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.

Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku...

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya...

Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku...

Berilah ia kerendahan hati...

Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...

Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...

Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia."



LinkWithin

Related Posts with Thumbnails